English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com

Alkitab

Wednesday, December 26, 2012 § 0

BEBERAPA BILANG BUKU ADALAH JENDELA DUNIA, beberapa bilang tanpa buku dia tidak bisa hidup, kau bilang tanpa novel 5cm kau takkan pernah bersilaturahmi ke Semeru, tapi versiku, tanpa alkitab ini, saya belum sepenuhnya paham tentang Pink Floyd, Nick Drake, maupun Black Sabbath yang "religius". Perkenalkan "Lokasi Tidak Ditemukan: Mencari Rock and Roll Sampai 15000 Kilometer."

(courtesy of jakartabeat.net)

"Mungkin tanpa Jakartabeat, saya takkan pernah mendalami-sekaligus-menghargai musik, lebih-lebih bermain gitar!" - Addo

Diawali dari surfing genit mencari artikel-artikel keagamaan distorsi, entah karena panggilan takdir saya terjebak di Jakartabeat.net selama 2 jam setelah 1 tahun tak buka situs keramat ini. Dari situlah saya dipertemukan dengan Taufiq Rahman, yang saya anggap penyelamat saya dalam bermusik, sebelum sempat saya terjerumus dalam lembah usang Luciano Pavarotti maupun Saosin.

Namun jika anda nggak suka baca buku-buku yang berat, (terutama musik rock, karena ini masuk kedalam kategori selera) saya sarankan jangan pernah membuka apalagi membeli buku ini. Karena saya pikir buku ini adalah racun persuasif yang ampuh untuk membuang aliran-aliran semacam One Direction langsung masuk ke dalam tong sampah.

Buku ini terdiri dari 3 BAB : Pertama yaitu "Amarah", lalu "Telaah", dan terakhir "Ziarah". Dengan kata pengantar yang ditulis Harlan Boer, buku ini sudah menjadi golongan wajib-baca saya selama waktu senggang. Dari tutur kata Taufiq dibuku ini, saya sudah bisa menebak dia adalah pecinta loyal Morrissey dan musisi-musisi yang bunuh diri.

Ah, semakin panjang saya menulis review, semakin gatal pula tangan ini menuliskan spoiler untuk handai taulan. Pesan saya jika anda pecinta rock and roll, saya sarankan (re: wajibkan) untuk beli buku ini. Tak perlu kan saya curhat dalam keadaan hujan deras saya rela ke C2O Library dari ITS demi buku ini? Sialan!

Frengers, kumpulan "eong"an dari Denmark.

Tuesday, December 4, 2012 § 0

BEBERAPA ORANG MUNGKIN MENILAI bahwa musik-musik Mew dapat membawa pendengarnya terbang ke angkasa dan menari-nari diantara kumpulan awan, sendiri tanpa paus akrobatis! Frengers adalah buktinya!


2003 adalah waktu yang paling pas bagi musik modern rock muncul ke permukaan, Radiohead sempat menggemparkan telinga para rockers dengan All Hail To The Thief, di aliran rap ada Sean Paul yang booming dengan Dutty Rock-beserta pelafalan baru dimana kata uouo selalu menggantikan huruf u, di rana pop kita punya Michelle Branch dengan "Are You Happy Now?", menye-menye cerita cinta standar. Namun ngomong soal cinta, di tahun itu ada satu album underrated yang meneriakkan metafora-absolut tentang indahnya punya pacar, sekaligus indahnya putus cinta; Frengers.

Not Quite Friends, Not Quite Strangers kepanjangannya. Mulanya saya kira ini album biasa-biasa saja-siapa yang tertarik dengan cover matador muda yang membawa topi, kalian kira saya banteng, Mew? Beribu terima kasih untuk Aquarius-yang waktu itu masih berjaya di Surabaya, saya mencoba CD Frengers di player dan entah mengapa saya tertarik dengan kata "Snow Brigade". Ternyata benar bahwa track ini membuat saya terbang ke angkasa, kisah lelaki yang overprotective diiringi efek gitar Bo Madsen yang syahdu dan suara Jonas Bjerre yang "mengeong" lebih tepatnya.

Frengers berisi 10 track, dan menurut saya semuanya itu mahakarnya Mew. Band ini mencapai masa-masa artistiknya di Frengers-beberapa orang sampai mengategorikan Folk-Rock dan yang lebih bingung malah menyebut Art-Rock, di And the Glass Handed Kites Mew lebih mengarah ke alternative, dan itu membosankan. Bagi saya Mew sudah mati sekarang, No More Stories/Are Told Today/I'm Sorry/They Washed Away//No More Stories/The World Is Grey/I'm Tired/Let's Wash Away saya anggap kuburan mereka, namun saya sampai sekarang masih berdoa-mudah mudahan dikabulkan; suatu saat mereka akan kembali dengan Art-Rock. Oh ya, satu-satunya masalah saya di Frengers cuma tentang biaya. Kala itu umur saya masih 13 tahun, usia yang pas dimana uang saku itu sampai pada batas minimalnya. Imbasnya saya cuma bisa beli kaset, bukan CD yang diimpikan banyak orang. Sungguh berdedikasinya saya pada Mew!

Saya-dan pasti kalian akan dibuat terenyuk dengan "I'm I Wry? No", Farah diceritakan seorang angelic girl yang menuntut persamaan dalam sebuah hubungan, namun sang pria merasa bahwa perbedaan itu indah. Absurd tapi indah! Lirik-lirik yang kuat, tremolo gitar Bo, dan karakter suara Jonas  yang mengeong membuat Frengers menjadi beautifully dark. Lalu ada "She Spiders" yang terkenal itu, gara-gara transisi slow ke rock-nya tidak dinyana-nyana. Hampir semua lagu di album ini terasa mistis-walau tidak seperti Piper At The Gates Of Dawnnya Pink Floyd. Jika sudah bosan dengan nuansa rock, berangkat dari "Eight Flew Over, One Was Destroyed" lalu lanjut ke "Symmetry" adalah skena yang tepat! "Symmetry" berani saya sebut sebagai soundtrack candu saat PDKT, ya! Saya yakin itu! Ini lagu duet, antara Jonas dan gadis umur 12 tahun-saya lupa namanya. "I'm caught in the symmetry of your mind/But I'm not happier than you/Did I really see you or was it a dream//". Jonas dan si gadis bersahut-sahutan merdu dan tampaknya liriknya bercerita tentang feeling mereka satu sama lain, malah lebih ke arah conversation. Jonas menambahkan "But my words are frail not audible they do/Not even convince me/Perhaps they are untrue//", pas kan buat PDKT?

Namun diantara 10 track, ada satu yang paling indah, absurd, dan mengedepankan kata yang intelek dalam kamus anak muda sekarang-Jleb!, namanya "Comforting Sounds". Lagu ini mahadahsyat dengan adanya bagian-bagian yang soft-intense-sampai encore! Dimulai dengan nada-nada yang galau dan eongan Jonas yang kental manis, disusul dengan gitar Bo yang aduhai, bagian ini memakan waktu lama, sampai saya kira "Comforting Sounds" itu cuma lagu gini-gini aja. Namun dentuman drum Silas yang lembut-santai, dan bass Johan yang juga santai mulai masuk bersamaan di bagian bridge. Ada tambahan violin kemudian, lalu scream Jonas yang intens, lalu Silas dan Johan makin mengerahkan tenaga pada drum dan violin mereka, lalu-lalu-dan lalu mereka semua makin memberi power berlebih sampai puncak-ini tahap encore! Tidak salah kalau lagu ini adalah lagu wajib Mew sebagai penutup konser, dan Tuhan memberi kesempatan saya melihat langsung Live "Comforting Sounds" di Kenjeran. Pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup, ditambah kembang api sebagai penutup konser yang harganya Rp 5000, nanti saya ceritakan di kesempatan lain, dimana Kenjeran menjadi saksi hidup Mew di Surabaya.

Dari semua yang saya tuliskan mengenai Frengers diatas, sudah tidak diragukan lagi album ini hukumnya fardhu a'in bagi pecinta rock-yang dilanda problematika cinta khususnya.

AMPUNI AKU THOM YORKE!

Monday, December 3, 2012 § 0


SAYA KHAWATIR DENGAN KONDISI anak-anak muda sekarang yang demen dengan budaya korea; layaknya nasi, ini sudah menjadi kebutuhan. Apalagi jika linimasa twitter terlalu ramai jika di televisi sudah muncul SM*SH ataupun SuJu, saya mulai muak. Dan untungnya di tengah kemuakan itu, saya mengenal Thom Yorke.

Jenius ini lahir di Wellingborough, mata kirinya paralyzed permanen-walau sudah dioperasi berulang ulang, dan karena itu dia sering diolok-olok teman-temannya waktu kecil. Yorke kecil terpaksa harus menggunakan eye-patch kemana-mana. Lagi-lagi saya heran kenapa orang yang tertindas dan menjadi underdog di sekolah pasti kelak akan menjadi orang yang berpengaruh saat dewasa, dan itu terbukti pada Yorke.

Yorke tergabung dalam Radiohead, band rock maha absurd yang menagawali karirnya dengan "Creep". Mungkin Radiohead mendompleng keberhasilan band-band alternative lain yang sedang naik daun kala itu, namun seperti kepompong, semakin lama Radiohead makin menunjukkan taringnya dibelantika rock, sampai akhirnya menjadi pengaruh di seluruh dunia. Ya, Creepy memang!

Namun jika anda suka dengan "Creep"-yang bercerita tentang kekaguman seorang lelaki kepada seorang gadis, namun karena terlalu freak maka si gadis lari, ironis.

 "When you were here before
Couldn't look you in the eye
You're just like an angel
Your skin makes me cry"

"But I'm a creep, I'm a weirdo.
What the hell am I doing here?
I don't belong here."
 
Lalu simak baik-baik "Karma Police"nya. Mengambil tema yang jarang, polisi korup yang mau disuruh apa saja oleh kliennya. Sedikit nada-nada depresif yang berdenting, bercerita lagi-lagi tentang ironi. Radiohead membuktikan dirinya tidak hanya mendompleng, tapi juga menciptakan genre-atau sub genre baru dalam alternative yang sulit ditiru band-band lain. Album OK Computer dan KID A adalah pembuktian mereka untuk menjadi center of attention dalam dunia modern rock. Tidak sampai disitu, pada 2002 saya rasa mereka menciptakan album masterpiece, All Hail To The Thief. Single "Go To Sleep" sampai sekarang susah saya hilangkan dalam memori-dan ini pembuktian saya belum diselamatkan dari rasa depresif.

"This is how I ended up sucked in
Over my dead body
I'm gonna go to sleep
And let this wash all over me"

Kejutan dari seorang Yorke belum sampai disitu, single solo albumnya yang fenomenal; "Analysed". Lagu ini adalah alkitab bagi para pencari pleasure seperti teman-teman borjuis, yang bercerita belum tentu semua yang kau harapkan, didapat dalam tujuanmu. It gets you down/You traveled far/What have you found/That there's no time/There's no time/To analyse//. Sungguh indah, apalagi jika saya kaitkan dengan tujuan hidup seorang penggemar K-Pop. Sihir "Analysed" sampai dicanangkan sebagai Original Soundtrack dari THE PRESTIGE-nya Christopher Nolan, yang diputar pada saat credits pas setelah kalimat ending:

"Now you're looking for the secret. But you won't find it because of course, you're not really looking. You don't really want to work it out. You want to be fooled" - Cutter

Radiohead adalah soundtrack abadi saya dalam menjalin kasih, selalu berharap terlalu tinggi dari seorang gadis, dan tak usah dianalyse secara dalam-atau malah gagal. Jujur saja saya baru kenal Radiohead di 2006, ya gara-gara THE PRESTIGE, ya gara-gara putus cinta. Ampuni aku Thom Yorke!